Distriknews.co, Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali bergerak di zona hijau pada awal perdagangan Selasa (7/10/2025). Berdasarkan data RTI, pukul 09.03 WIB IHSG berada di level 8.180,35 atau naik 40,46 poin (0,50 persen) dibanding penutupan sebelumnya di 8.139,89. Sebanyak 224 saham tercatat menguat, 205 saham turun, dan 189 saham stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp 1,79 triliun dengan volume 2,10 miliar lembar saham.
Meski IHSG menguat, rupiah justru melemah terhadap dollar AS. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah berada di level Rp 16.590 per dollar AS, turun 7 poin (0,04 persen) dibanding penutupan sebelumnya Rp 16.583. Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, tekanan terhadap rupiah masih kuat karena pernyataan hawkish pejabat The Fed yang menegaskan suku bunga saat ini sudah ideal. “Pelemahan rupiah akan terbatas di kisaran 16.550 hingga 16.650,” ujarnya.
Bursa saham di kawasan Asia juga menunjukkan pergerakan campuran. Indeks Nikkei naik 0,58 persen ke level 48.220,60, sedangkan Strait Times menguat 0,63 persen ke level 4.449,43. Di sisi lain, Shanghai Composite stagnan di level 3.882,78, dan Hang Seng relatif stabil di 26.957,76. Kondisi ini menunjukkan pasar masih berhati-hati terhadap arah kebijakan moneter global, terutama setelah kebijakan tarif baru yang diumumkan Amerika Serikat.
Presiden AS Donald Trump dikabarkan akan memberlakukan bea masuk 25 persen untuk truk sedang dan berat mulai 1 November 2025. Langkah itu dimaksudkan untuk melindungi industri otomotif domestik. Namun kebijakan tersebut dikhawatirkan meningkatkan tekanan inflasi dan memperlambat rantai pasok global. Dampaknya, pelaku pasar Asia cenderung menahan diri dari aksi beli besar-besaran.
Direktur Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai, IHSG masih memiliki peluang menguat terbatas dengan support di level 8.070 dan resistance di 8.180. “Sentimen global masih mendominasi arah pergerakan indeks, sementara dari dalam negeri belum ada katalis besar,” jelasnya.
Riset Phintraco Sekuritas mencatat, IHSG sebelumnya ditutup menguat di 8.139,89 setelah sempat mencapai level intraday tertinggi di 8.176. Sektor teknologi menjadi pendorong utama, sedangkan sektor industri mengalami tekanan. “Indikator Stochastic RSI membentuk golden cross dan MACD negatif mulai menyempit, sehingga ada peluang konsolidasi di rentang 8.080-8.180,” tulis riset tersebut.
Analis juga menyoroti potensi pengaruh rilis data cadangan devisa Indonesia yang diperkirakan naik ke 159 miliar dollar AS. Kenaikan ini diharapkan mampu menahan pelemahan rupiah lebih dalam. Namun, bila dolar tetap kuat hingga akhir pekan, tekanan terhadap pasar saham kemungkinan akan meningkat.
Pelaku pasar diminta waspada terhadap kombinasi pelemahan rupiah dan kebijakan proteksionis AS. Sentimen eksternal masih menjadi faktor utama penggerak indeks dan mata uang, sementara stabilitas domestik perlu terus dijaga untuk mendukung kepercayaan investor.