Penutupan Erau Adat Kutai 2025, Bupati Aulia: Tradisi Jadi Jalan Menuju Kemakmuran Kukar

redaksi

Erau 2025 (Istimewa).

Distriknews.co, Kutai Kartanegara – Langit Tenggarong pagi menuju siang tampak teduh. Matahari seakan menahan teriknya, memberi ruang bagi awan yang berarak pelan. Di bawah cahaya yang lembut itu, masyarakat larut dalam prosesi sakral Erau sebuah harmoni antara bumi, air, dan langit yang seolah menyatu dalam doa dan harapan.

Suasana magis itu mencapai puncaknya ketika perahu naga perlahan ditarik menuju perairan Mahakam. Gelombang kecil memantulkan cahaya keemasan, sementara ratusan pasang mata larut dalam hening. Diiringi doa dan tabuhan musik sakral, prosesi Mengulur Naga menjadi penanda berakhirnya Erau Adat Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura tahun 2025, Minggu (28/9/2025).

Di halaman Museum Mulawarman, suasana berubah khidmat ketika air mulai dipercikkan dalam tradisi Belimbur. Anak-anak berlarian dengan riang, para tetua tersenyum penuh syukur, dan generasi muda meneguhkan janji untuk tidak melupakan warisan leluhur. Air yang diambil dari Kutai Lama tempat berdirinya Kerajaan Kutai mengalir sebagai simbol kesucian, persaudaraan, dan kehidupan yang abadi.

Prosesi agung ini turut disaksikan oleh Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, H. Aji Muhammad Arifin, yang hadir dengan kharisma seorang penjaga warisan leluhur. Kehadirannya menjadi pengingat bahwa Erau adalah jembatan antara masa lampau kerajaan dengan masa kini yang terus berkembang.

Turut hadir pula Wakil Bupati Kukar, Rendi Solihin, yang mendampingi jalannya rangkaian penutupan. Dengan semangat anak muda, Rendi menegaskan bahwa tradisi luhur seperti Erau harus terus diwariskan ke generasi berikutnya agar tidak tergerus zaman.

Sementara itu, Gubernur Kalimantan Timur, H. Seno Aji, memberi apresiasi penuh atas pelaksanaan Erau. Ia menilai, festival adat terbesar di Kaltim ini tidak hanya menjadi kebanggaan Kukar, tetapi juga milik seluruh masyarakat Kalimantan Timur bahkan Indonesia.

Bupati Kutai Kartanegara, Dr. Aulia Rahman Basri, dalam sambutannya menegaskan makna mendalam dari ritual tersebut.
“Air belimbur ini bukan sekadar percikan, tapi penegas bahwa kita mensyukuri anugerah Allah SWT. Dari kesakralan, kesucian, kesyukuran, dan kesabaran inilah jalan kemakmuran Kukar akan terhampar,” ujarnya dengan suara lantang namun teduh.

Momentum penutupan Erau 2025 terasa semakin istimewa karena bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Kota Tenggarong ke-243. Aulia mengajak seluruh masyarakat menjadikan Tenggarong bukan hanya sebagai pusat pemerintahan, tetapi juga etalase budaya dan peradaban.
“Orang akan mengenal Kukar sebagaimana mereka mengenal Tenggarong. Kota ini warisan budaya, namun harus tumbuh sebagai kota modern yang tetap berpijak pada akar tradisi,” katanya.

Tak hanya itu, Aulia juga mengungkap rasa syukur karena Kutai Kartanegara kini tercatat memiliki indeks kebahagiaan tertinggi di Kalimantan Timur. Baginya, capaian ini adalah bukti bahwa nilai kebersamaan dan kearifan lokal masih hidup di tengah masyarakat.

“Erau bukan sekadar pesta rakyat, melainkan doa kolektif agar Kukar selalu damai dan makmur. Melalui tradisi ini kita perkuat jati diri di tengah arus globalisasi,” ucapnya.

Dengan penuh keyakinan, Aulia memastikan pemerintah daerah bersama Kesultanan Kutai akan menjaga keberlangsungan tradisi Erau sebagai warisan abadi.
“Insya Allah, Erau akan terus hadir setiap 21–29 September. Ia bukan hanya milik Kukar, tapi juga persembahan untuk bangsa,” tutupnya.

Dan ketika naga terakhir lenyap di balik arus Mahakam, masyarakat tahu, Erau bukan hanya ditutup. Ia akan selalu hidup dalam jiwa, doa, dan harapan orang Kutai.

Baca juga

Bagikan:

Tags