Distriknews.co, Kutai Kartanegara – Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara terus memperkuat pengembangan desa wisata sebagai pilar utama sektor pariwisata berbasis masyarakat. Sejak 2012, sebanyak 10 desa wisata telah ditetapkan oleh Pemkab Kukar sebagai bentuk nyata komitmen dalam mengelola potensi lokal secara berkelanjutan dan inklusif.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata Kukar, Arianto, menjelaskan bahwa desa wisata tidak hanya sebatas penetapan administratif. Program ini menuntut keterlibatan aktif masyarakat untuk membangun ekosistem wisata yang mandiri dan produktif. “Desa wisata bukan hanya label. Harus ada partisipasi dan komitmen nyata dari warganya,” tegas Arianto.
Sepuluh desa wisata yang telah ditetapkan tersebar di berbagai kecamatan. Di antaranya, Desa Pela, Sangkuliman, dan Kedang Ipil di Kecamatan Kota Bangun, Desa Bhuana Jaya, Kerta Buana, dan Bukit Pariaman di Tenggarong Seberang, serta Desa Muara Enggelam, Teluk Dalam, Liang Buaya, dan Sungai Meriam di wilayah lain. Masing-masing memiliki keunggulan khas, mulai dari pesona alam hingga kearifan budaya lokal.
Menurut laman resmi kutaikartanegarakab.go.id, Desa Pela dikenal dengan ekowisata pesut Mahakam yang menjadi daya tarik utama wisatawan. Sedangkan Desa Kedang Ipil menonjol dengan kegiatan budaya dan kuliner tradisional yang masih dilestarikan oleh masyarakatnya. Beberapa desa lain seperti Bhuana Jaya juga mulai dikenal lewat pengembangan agrowisata berbasis keluarga.
Arianto mengakui bahwa perkembangan antar desa wisata belum merata. Ada desa yang sudah mandiri dalam pengelolaan destinasi, namun ada pula yang masih membutuhkan dukungan lebih kuat, terutama dalam aspek kelembagaan dan sumber daya manusia. “Kedang Ipil bisa jadi contoh bagus. Tapi desa lain masih perlu pendampingan agar tumbuh bersama,” ujarnya.
Dinas Pariwisata Kukar tidak hanya fokus pada pembangunan fisik. Berbagai pelatihan peningkatan kapasitas masyarakat terus digelar, seperti pelatihan pengelolaan destinasi, pelayanan wisata, dan pemasaran digital. Langkah ini dilakukan agar desa wisata dapat menyesuaikan diri dengan tren wisata modern yang menekankan pada pengalaman dan keberlanjutan.
Kolaborasi lintas instansi juga terus diperkuat. Dispar Kukar menggandeng OPD lain seperti Dinas PUPR, Dinas Perindagkop, hingga Dinas Kominfo untuk mendukung pembangunan infrastruktur, pemberdayaan UMKM, serta promosi digital pariwisata desa. Pendekatan ini menjadi bagian dari strategi “Kukar Kaya Pesona”, yang digagas untuk memperluas promosi wisata berbasis potensi lokal.
“Kalau sinergi ini berjalan baik, desa-desa kecil di Kukar bisa menjadi wajah baru pariwisata kita. Setiap desa punya cerita dan daya tarik yang berbeda,” kata Arianto optimistis.
Pemerintah berharap ke depan, desa wisata di Kukar tidak hanya menjadi tempat rekreasi, tetapi juga pusat ekonomi lokal dan ruang belajar bagi wisatawan untuk mengenal budaya Kutai secara mendalam. Dengan sinergi dan partisipasi masyarakat, Kukar berpeluang menjadi contoh sukses pengembangan pariwisata berbasis desa di Kalimantan Timur.
(Adv/Disparkukar)



