Distriknews.co, Kutai Kartanegara – Desa Pela, Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara (Kukar), kembali bersiap menorehkan prestasi di Lomba Desa Wisata Nusantara (LDWN) 2025. Desa ini memadukan ekowisata, budaya lokal, dan kolaborasi warga untuk menghadirkan destinasi yang berkelanjutan dan menarik bagi wisatawan.
Ketua Pokdarwis Bekayuh Baumbai dan Bebudaya (B3), Alimin, menyebut peluang Desa Pela tetap terbuka karena posisi sebelumnya peringkat lima. Aturan lomba melarang hanya juara 1-3 untuk ikut kembali, sehingga Desa Pela berhak berpartisipasi tahun ini.
“Kita masih berhak ikut karena juara lima, sekarang dalam proses. Kemungkinan besar kita akan ikut,” ujar Alimin, Sabtu (17/5/2025).
Tahun ini Desa Pela menyiapkan amunisi baru. Tanjung Tamannoh, tepian Danau Semayang, kini dilengkapi 13 gazebo, satu homestay, dan wahana air seperti banana boat dan paddel boat. Lokasi ini menjadi magnet baru bagi pengunjung, sekaligus menambah nilai daya tarik destinasi bagi tim penilai LDWN.
“Sekarang kita sudah ada penambahan, termasuk 18 unit kapal yang sebelumnya belum ada. Tahun lalu tim Kemendes belum sempat melihat fasilitas ini,” tambah Alimin.
Selain fasilitas fisik, Desa Pela menekankan keberlanjutan lingkungan. Desa ini terlibat aktif dalam konservasi Pusat Mahakam, menjaga habitat Pesut Mahakam, mamalia air tawar endemik yang menjadi ikon ekowisata. Kontribusi ini menjadi nilai tambah penting bagi penilaian LDWN, yang menyoroti dampak jangka panjang terhadap masyarakat dan ekosistem.
Data dari situs resmi Pemerintah Kutai Kartanegara menunjukkan Desa Pela telah menjadi contoh desa wisata berbasis komunitas yang sukses menggabungkan potensi alam, budaya, dan ekonomi lokal. Pendekatan ini meningkatkan kunjungan wisata sekaligus membuka peluang pendapatan baru bagi warga.
Alimin optimistis, dengan kombinasi fasilitas baru dan program konservasi, Desa Pela bisa menembus posisi tiga besar. “Kalau tahun lalu kita juara lima, tahun ini paling tidak bisa masuk tiga besar,” ujarnya.
Desa Pela kini bukan sekadar destinasi wisata, tetapi juga laboratorium hidup yang menekankan kolaborasi warga, pelestarian budaya, dan konservasi lingkungan, menjadi inspirasi bagi desa lain di Kukar.
(Adv/Disparkukar)



