Infonesia.net – Sebuah pabrik smelter nikel megah dengan sentuhan estetika Tionghoa, lengkap dengan tulisan aksara Han yang menghiasi bangunan, kini menjulang kokoh di Kelurahan Pendingin, Kecamatan Sangasanga, Kutai Kartanegara. Dengan kesan yang mirip seperti berada di China, pabrik ini menampung 250 pekerja yang berasal dari negeri tirai bambu tersebut.
Peristiwa bersejarah ini terjadi saat Gubernur Kaltim, Isran Noor, bersama Bupati Kutai Kartanegara, Edi Damansyah, meresmikan tahap pertama pabrik smelter nikel PT Kalimantan Ferro Industri (KFI) pada Selasa (19/9).
Dalam sambutannya, Bupati Edi Damansyah menegaskan dukungan penuh dari pemerintah dan masyarakat terhadap investasi di bidang smelter nikel ini. “Hari ini adalah hari istimewa, kami meresmikan tahap pertama pabrik smelter nikel. Kami hadir di sini untuk memberikan dukungan kepada PT KFI agar rencana pembangunan pabrik ini dapat berjalan sesuai dengan target yang ditetapkan,” ujar Bupati Edi Damansyah.
Ia juga mengungkapkan keterkejutannya atas kemajuan pesat dalam pembangunan pabrik ini, yang berhasil dibangun dalam waktu singkat, hanya dalam 19 bulan.
Menurut Edi Damansyah, investasi senilai Rp30 Triliun ini akan memberikan manfaat besar bagi masyarakat dan ekonomi daerah, terutama bagi warga Kecamatan Sangasanga. Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki banyak potensi sumber daya alam yang dapat mendukung pengembangan industri hilir, sehingga Kukar harus terbuka terhadap berbagai rencana investasi yang akan datang.
Keberadaan pabrik smelter nikel di Kelurahan Pendingin, Kecamatan Sangasanga ini diharapkan dapat mendukung kebutuhan transisi energi di Kalimantan Timur dan seluruh Indonesia.
Bupati Edi Damansyah juga mengingatkan masyarakat sekitar untuk memanfaatkan kehadiran PT KFI dengan cara yang positif, termasuk melalui dialog dan mediasi yang konstruktif. Keberhasilan industri ini merupakan harapan besar bagi Kutai Kartanegara, yang diharapkan dapat menyerap 10 ribu tenaga kerja lokal.
“Kepada warga masyarakat, mari kita bersama-sama menjaga dan mendukung keberadaan PT KFI. Investasi ini tidak hanya akan memberikan kontribusi pada negara, tetapi juga akan memberikan dorongan ekonomi lokal di Sangasanga dan wilayah sekitarnya,” kata Bupati Edi Damansyah.
Sebagai informasi tambahan, PT Kalimantan Ferro Industri didirikan sebagai tindak lanjut dari instruksi Presiden terkait hilirisasi sumber daya alam, khususnya logam nikel. Perusahaan ini resmi berdiri pada tanggal 26 November 2021, setelah UU No 03 tahun 2020 tentang Perubahan atas UU No 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara diimplementasikan.
PT KFI juga telah menandatangani kontrak Perjanjian Jual-Beli Tenaga Listrik (PJBTL) dengan PLN Persero sebesar 800MW pada tanggal 31 Desember 2021, yang menjadi tonggak utama dalam pembangunan proyek ini. Dengan menggunakan listrik dari PLN, PT KFI berkomitmen untuk menjaga lingkungan sekitar pabrik.
Sejak peletakan batu pertama pada 25 Januari 2022, PT KFI telah menginvestasikan dana sebesar Rp 5 Triliun hingga saat ini. Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) untuk kuartal kedua tahun 2023 mencatatkan investasi sebesar Rp 2,7 Triliun.
Terkait dengan tenaga kerja lokal, PT KFI telah mempekerjakan minimal 1700 tenaga lokal dan masih terus merekrut dari 6 Kelurahan dan 2 Kecamatan di sekitar Palaran dan Samarinda Kota. Tenaga kerja asing yang ada saat ini jumlahnya kurang dari 250 orang dan akan fokus pada pembangunan pabrik, dengan rencana untuk meningkatkan jumlah manajerial setelah pabrik beroperasi.
Bupati Kukar Edi Damansyah menegaskan bahwa kebutuhan tenaga kerja di pabrik smelter nikel harus dibicarakan dengan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara untuk memastikan tersedianya sumber daya manusia yang sesuai.
Saat ini, PT KFI juga telah memperoleh Surat Keterangan Kelayakan Lingkungan (SKKL) dari Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Perusahaan ini juga baru-baru ini melakukan penyambungan listrik dari GI PLN pada tanggal 30 Agustus 2023, yang menandai tahap pertama dari tahap komisioning.
Selain itu, PT KFI memperkenalkan teknologi RKEF yang lebih ramah lingkungan, dengan hanya dua dari delapan belas line yang akan dioperasikan.