Distriknews.co, Kutai Kartanegara – Genap satu tahun pelaksanaan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto sejak dicanangkan pada 20 Oktober 2024. Program nasional yang diimplementasikan melalui 13 Program Akselerasi oleh Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Agus Andrianto itu kini mulai menunjukkan hasil, termasuk di Lapas Kelas IIA Tenggarong.
Kepala Lapas Kelas IIA Tenggarong, Suparman, mengatakan pihaknya terus berupaya menjalankan arahan program secara konkret, terutama dalam bidang keamanan, ketertiban, serta pembinaan kemandirian warga binaan.
“Dalam setahun terakhir ini, kami telah melaksanakan 49 kali razia kamar hunian. Kegiatan dilakukan baik secara insidentil, terjadwal, maupun gabungan dengan aparat penegak hukum lainnya,” kata Suparman, Senin (21/10).
Selain menjaga keamanan, Lapas Tenggarong juga melakukan langkah nyata untuk menekan tingkat overkapasitas penghuni. Sebanyak 130 narapidana telah dipindahkan ke sejumlah UPT Pemasyarakatan di Balikpapan dan Samarinda. Pemindahan dilakukan berdasarkan hasil assessment risiko yang dilakukan oleh pihak Lapas.
“Langkah ini bagian dari upaya menciptakan kondisi pembinaan yang lebih efektif dan manusiawi,” tambahnya.
Sepanjang satu tahun terakhir, 434 warga binaan pemasyarakatan (WBP) juga telah bebas melalui program Pembebasan Bersyarat (PB) dan Cuti Bersyarat (CB).
Di sektor ketahanan pangan, Lapas Kelas IIA Tenggarong membentuk Satgas Ketahanan Pangan untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan produktif seluas 500 meter persegi. Meski terbatas, hasilnya cukup menggembirakan.
“Alhamdulillah, kami berhasil memanen 95 kilogram telur bebek, 145 kilogram kangkung, 167 kilogram timun, 51 kilogram lele, serta beberapa tanaman produktif lainnya,” ujar Suparman.
Sementara dalam bidang pengembangan UMKM, Lapas Tenggarong fokus pada kegiatan meubelair, barbershop, dan jasa lainnya. Hasil dari kegiatan ini tidak hanya memberikan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp15 juta, tetapi juga premi kerja bagi WBP sekitar Rp22 juta.
“Dari kegiatan ini, kami ingin WBP belajar bekerja sekaligus memperoleh insentif. Jadi, pembinaan tidak hanya teori, tapi juga berdampak ekonomi,” jelasnya.
Tak berhenti di situ, pada 14 Oktober 2025, Suparman menginisiasi Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan mitra strategis melalui proyek perubahan bertajuk SEHAT (Sinergi Enam Hati). Program ini mengusung konsep hexahelix yang melibatkan berbagai pihak dalam memperkuat kolaborasi ketahanan pangan, baik di lingkungan Lapas maupun di masyarakat.
“Dengan konsep hexahelix, kami ingin manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh WBP, tapi juga masyarakat sekitar Kutai Kartanegara,” tutur Suparman.
Sebagai bentuk kepedulian sosial, Lapas Kelas IIA Tenggarong juga menyalurkan 180 paket bantuan sosial kepada masyarakat sekitar dan keluarga WBP yang kurang mampu. (Zy)



