Presiden Donald Trump kembali memanaskan hubungan dagang dengan China melalui penerapan tarif impor baru yang mencapai 125% terhadap produk-produk China. Langkah ini memicu respons keras dari Beijing dan menciptakan ketegangan baru di kawasan Asia Pasifik.
Negara-negara di Asia Pasifik, termasuk Australia, Jepang, dan Filipina, mulai meningkatkan anggaran pertahanan dan memperkuat aliansi militer sebagai respons terhadap ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan perdagangan AS yang agresif. Taiwan, yang menjadi fokus utama dalam konflik ini, menghadapi tekanan tambahan setelah Trump memberlakukan tarif sebesar 32% terhadap impor dari Taiwan, meskipun semikonduktor dikecualikan dari kebijakan tersebut.
Peningkatan tarif ini tidak hanya berdampak pada hubungan bilateral antara AS dan China, tetapi juga mengganggu rantai pasokan global. Beberapa perusahaan pelayaran membatalkan pengiriman dari China ke AS, yang mengakibatkan gangguan logistik dan potensi kenaikan harga barang di pasar global.
Para analis memperingatkan bahwa eskalasi ini dapat memicu perlombaan senjata di kawasan dan meningkatkan risiko konflik militer, terutama di sekitar Selat Taiwan. Kebijakan tarif yang agresif dari AS dianggap dapat memperburuk ketegangan yang sudah ada dan mengancam stabilitas regional.
Dengan situasi yang semakin kompleks, negara-negara di Asia Pasifik dihadapkan pada dilema strategis dalam menyeimbangkan hubungan ekonomi dan keamanan di tengah persaingan antara dua kekuatan besar dunia.
Sumber: Kompas
Penulis: FebriaDV