BUKITTINGGI – Devit, seorang siswa dari SMAN 1 Bukittinggi, Sumatera Barat, berhasil menembus Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) Institut Teknologi Bandung (ITB), salah satu fakultas impian di Indonesia. Di balik pencapaian itu, ada kisah kebersamaan dan semangat gotong royong warga kampungnya yang patut menjadi inspirasi nasional.
Anak muda asal lereng Gunung Singgalang ini menjadi perbincangan luas setelah warga kampungnya bergotong royong membantu biaya kuliahnya. Dari ibu rumah tangga hingga petani, semua berkontribusi sesuai kemampuan. Nominal yang dikumpulkan bervariasi, mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 1 juta. Tidak ada paksaan, hanya kebanggaan dan cinta terhadap masa depan Devit.
Devit dikenal sebagai siswa berprestasi, rendah hati, dan aktif di sekolah. Pencapaiannya diterima di STEI ITB disambut dengan gegap gempita oleh tetangga dan teman sepermainannya. Bahkan, menurut informasi dari unggahan media sosial, rektor ITB pun turun langsung mengunjungi kediaman Devit di kampungnya sebagai bentuk apresiasi terhadap perjuangannya.
Kunjungan rektor bukan hanya simbol penghormatan terhadap Devit, tetapi juga kepada seluruh warga kampung yang masih menjunjung nilai solidaritas dan gotong royong. Di tengah tantangan ekonomi, masyarakat membuktikan bahwa pendidikan tetap bisa dijangkau jika ada kepedulian kolektif.
Nama Devit kini tidak hanya dikenal di lingkungan sekolah atau kampungnya, tetapi juga di jagat maya. Foto dan video suasana pengumpulan dana serta sambutan hangat warga menyebar luas di media sosial dan menyentuh banyak hati.
Di salah satu unggahan, tampak daftar donasi dari warga yang tertulis di ponsel. Tak ada nama-nama besar, hanya nama-nama sederhana dari orang-orang yang percaya bahwa masa depan bisa dibangun bersama.
Bagi warga lereng Singgalang, Devit bukan sekadar anak kampung yang berhasil kuliah di ITB. Ia adalah simbol harapan. Ia adalah perwujudan mimpi yang selama ini terasa jauh. Ia adalah bukti bahwa mimpi anak daerah bisa menyala jika disiram dengan dukungan dan cinta komunitas.
Langkah Devit menuju Bandung membawa serta semangat satu kampung yang percaya bahwa pendidikan adalah jalan perubahan. Ia tidak sendiri, karena seluruh kampung berdiri bersamanya.



