Distriknews.co, Kutai Kartanegara – Kawasan Simpang Odah Etam (SOE) di Tenggarong kini menjadi pusat ekonomi kreatif yang hidup dan inklusif. Setiap akhir pekan, kawasan ini dipenuhi pengunjung, sekaligus menjadi contoh bagaimana budaya lokal dan kreativitas masyarakat bisa berpadu tanpa membutuhkan anggaran besar.
Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif Dispar Kukar, Zikri Umulda, menyebut keberhasilan SOE sebagai bukti bahwa dampak besar bisa dicapai dengan pendekatan kolaboratif dan minim biaya. “SOE menunjukkan cara menyentuh masyarakat lapisan bawah dengan dana seminim mungkin tapi menghasilkan impact yang luar biasa,” ujarnya.
Kawasan ini juga menarik perhatian nasional. Perwakilan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Yogyakarta sempat mengunjungi SOE dan terkesan karena event skala besar bisa terselenggara tanpa biaya bagi para pelaku UMKM.
Filosofi SOE menekankan identitas dan edukasi budaya. Para pelaku usaha mengenakan atribut khas Kutai, seniman lokal menampilkan pertunjukan dengan pesan budaya, dan seluruh kegiatan dibalut kesadaran lingkungan. “Ini bukan cuma soal dagang, tapi menanamkan rasa memiliki terhadap Kutai Kartanegara,” jelas Zikri.
Dampak ekonomi yang nyata juga terlihat. Setiap malam Minggu, omzet kolektif tenant di SOE bisa menembus Rp100 juta lebih. Semua pendapatan diperoleh tanpa pungutan panitia, menegaskan bahwa kolaborasi masyarakat dapat mengungguli mekanisme konvensional.
Kesuksesan SOE mendorong Dispar Kukar untuk mereplikasi konsep serupa di kecamatan lain. Ide ini bertujuan membangun wajah baru ekonomi kreatif di seluruh wilayah Kukar, sekaligus memperkuat identitas budaya lokal sebagai daya tarik wisata.
“SOE tidak hanya milik Tenggarong. Kami ingin konsep ini hadir di kecamatan lain, membuka peluang ekonomi dan kreativitas yang lebih luas,” tambah Zikri.
Dengan pendekatan inovatif, SOE membuktikan bahwa pariwisata, budaya, dan ekonomi kreatif dapat berjalan seiring, memberdayakan masyarakat, serta menghadirkan pengalaman unik bagi wisatawan.
(Adv/Disparkukar)
