Distriknews.co, Amerika Serikat – Charlie Kirk, aktivis konservatif AS dan pendiri Turning Point USA, tewas setelah ditembak saat tampil di Utah Valley University, Utah, pada 10 September 2025. Kejadian terjadi dalam rangkaian turnya yang diberi nama “American Comeback Tour”. Sekitar pukul 12.20 siang waktu setempat, ia sedang bicara di depan sekitar 3.000 orang di acara debat publik ketika insiden menewaskannya.
Peluru mengenai leher Kirk, persis di bawah rahang, dan tembakan terlihat berasal dari atap gedung Losee Center yang berada sekitar 140–200 yard dari lokasi panggung. Setelah penembakan, suasana menjadi kacau; orang-orang berhamburan, teriakan panik terdengar ketika darah mulai terlihat dan Kirk goyah lalu terjatuh.
Ia segera dibawa ke Rumah Sakit Regional Timpanogos dalam kondisi kritis. Meskipun upaya medis dilakukan, nyawanya tidak tertolong. Charlie Kirk meninggal dalam hari itu juga, pada usia 31 tahun.
Polisi dan FBI langsung membuka penyelidikan. Ada orang yang disebut sebagai “person of interest” yang namanya sempat dirilis, tetapi belum ditangkap. Dua orang yang semula diamankan kemudian dibebaskan setelah diketahui tidak terkait langsung dengan insiden tersebut.
Sosok Charlie Kirk sudah lama dikenal karena aktivitasnya dalam politik sayap kanan, terutama di kampus-kampus, media sosial, dan sebagai pendukung kuat Donald Trump. Ia vokal menyuarakan rasisme, penentangan hak LGBT, isu hak senjata, serta pandangan pro-Israel dalam konflik Palestina-Israel. Selama ini banyak kritik muncul karena beberapa pendiriannya dianggap provokatif dan memicu perpecahan.
Salah satu kontroversinya terkait Palestina adalah ketika ia mempertanyakan keberadaan negara Palestina dalam debat publik dan mendukung kebijakan Israel terhadap Gaza. Kirk menyebut bahwa ketika seseorang menyatakan perang terhadap Israel, ia siap menghadapi reaksi kuat, bahkan kekerasan. Pandangan semacam ini dianggap memicu kritik dari kelompok pro-Palestina dan aktivis HAM.
Reaksi atas kematiannya muncul dari berbagai pihak. Presiden Donald Trump menyebut Kirk sebagai figur besar generasi muda konservatif. Banyak tokoh dan media yang menyampaikan duka dan kecaman terhadap aksi kekerasan politik. Pada saat yang sama, debat publik kian memanas soal kebebasan berekspresi versus bahaya retorika yang bisa menimbulkan kekerasan.
Saat ini, penyelidikan masih berjalan. Motif di balik penembakan belum diklarifikasi secara resmi, apakah terkait kontroversi politik dan retorika yang selama ini masuk dalam debat publik mengenai kekerasan, identitas, dan konflik global seperti isu Palestina. Publik terus menunggu hasil penyelidikan forensik, pengakuan saksi, dan keputusan aparat penegak hukum.