Samarinda – Potensi tersebarnya misinformasi dan disinformasi pada Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak 2024 mendatang jadi perhatian Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia.
Menyikapi hal ini, AJI Indonesia sebagai organisasi profesi jurnalis memandang, perlu adanya upaya meningkatkan kemampuan jurnalis dalam proses peliputan isu-isu pemilu. Sehingga, karya yang dihasilkan menyuguhkan informasi akurat dan dapat dipercaya, dengan berlandaskan pada kode etik jurnalistik.
AJI Kota Samarinda dengan dukungan AJI Indonesia dan Google News Initiative, menggelar Training Meliput Isu Pemilu dalam ikhtiar meningkatkan kapasitas jurnalis.
Terpusat di Hotel Zoom Samarinda, selama 15-16 Juli 2023, 25 jurnalis asal Samarinda dan Bontang belajar lebih dalam soal isu pemilu dan risikonya. Jurnalis-jurnalis tersebut berasal dari media online, surat kabar hingga radio.
Menurut Ketua AJI Kota Samarinda, Nofiyatul Chalimah, pelatihan tersebut penting, mengingat Kaltim masuk dalam lima besar daerah rawan di Indonesia versi Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
“Harapannya jurnalis yang ikut training punya bekal buat meliput pemilu. Saling berbagi pengalaman juga menghadapi risiko pemilu,” kata wanita yang akrab disapa Nofi itu.
“Seperti bagaimana mempersiapkan keamanan liputan, mempertimbangkan pentingnya margin of error dalam rilis hasil survei, menjaga independensi, dan lainnya,” tambahnya.
Dua Trainer Meliput Isu Pemilu merupakan ketua dan anggota Bidang Pendidikan, Etik dan Profesi AJI Indonesia. Mereka adalah wartawan CNN Indonesia, Edy Can dan jurnalis Majalah Tempo, Dian Yuliastuti.
Pemateri lainnya, yang hadir secara daring adalah Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Khoirunnisa Nur Agustyati dan Redaktur Pelaksana Kompas.com, Heru Margianto.
Pada hari pertama, Sabtu (15/7), materi yang disampaikan trainer mengenai peranan media massa dan pemilu. Di sesi ini, peserta menjalani simulasi dengan memainkan peran sebagai jurnalis, redaktur pelaksana, pemimpin redaksi hingga marketing sebuah media.
Ada juga peserta yang memerankan ketua partai, calon legislatif, pengusaha, dan penyelenggara pemilu. Maksud dari tahap pelatihan ini untuk mengetahui gambaran kondisi media saat ini dalam konteks pemilu.
Kemudian pelatihan dilanjutkan dengan materi etika dalam peliputan pemilu dan menjaga pagar api antara iklan dan pemberitaan.
Sedangkan di hari kedua, Ahad (16/7), awak media menerima pelajaran terkait potensi sesat informasi Pemilu 2024, memahami hasil survei. Dan terakhir, ancaman kekerasan bagi jurnalis dalam peliputan.
Ketua Bidang Pendidikan, Etik dan Profesi AJI Indonesia, Edy Can menerangkan, pelatihan bertujuan agar jurnalis yang meliput isu pemilu kritis dalam menghadapi isu-isu di musim politik.
“Mengapa pelatihan ini penting, karena tahun 2024 ini cukup kompleks. Ada pemilu capres, caleg, juga ada pilkada. Kami ingin meningkatkan kapasitas wartawan dan menghasilkan karya jurnalistik, yang kritis, informatif dan akurat bagi masyarakat,” jelasnya.
Dian Yuliastuti menambahkan, tujuan Training Meliput Isu Pemilu untuk mempersiapkan jurnalis di Kaltim untuk lebih profesional dalam menghadapi proses pemilu yang tahapannya sudah dimulai sejak tahun lalu.
“Sehingga kawan-kawan mengetahui isu apa saja yang sebenarnya krusial dan potensial. Sehingga masyarakat sebagai calon pemilih mengetahui visi dan misi para politikus yang akan berkompetisi di pemilu 2024,” terangnya.
Pelatihan, lanjut Dian, juga memberi pemahaman kepada jurnalis tentang etika saat meliput persoalan pemilu. “Karena salah satu ciri jurnalis profesional adalah menghormati etika. Itu menjadi langkah untuk seorang jurnalis independen dan bisa dipercaya.
Baik Edy Can maupun Dian Yuliastuti mengapresiasi semangat jurnalis Kaltim yang ikut dalam Training Meliput Isu Pemilu. Respons positif dalam diskusi di pelatihan tersebut menjadi refleksi mengenai isu pemilu di Benua Etam.
(AJI Samarinda)