Distriknews.co, TENGGARONG – Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) yang digagas oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kutai Kartanegara (Kukar) menghadapi tantangan baru di era modern ini akan membuat layanan yang dirancang untuk keluarga bisa lebih mudah diakses dan relevan bagi masyarakat. Meskipun bertujuan mulia, yakni memberikan konsultasi bagi keluarga dan masalah pengasuhan anak, layanan ini masih kurang diminati oleh warga Kukar.
Sekilas, tantangan yang dihadapi Puspaga mungkin terlihat sederhana: lokasi yang tidak strategis. Namun, isu ini mengarah pada masalah yang lebih besar seperti, bagaimana cara pemerintah memosisikan layanan yang sangat dibutuhkan, tetapi belum sepenuhnya “terlihat” oleh masyarakat. Layanan Puspaga saat ini beroperasi di lantai 3 Gedung D di Kompleks Kantor Bupati Kukar, sebuah lokasi yang, meskipun resmi, kurang ramah bagi masyarakat yang ingin mencari solusi praktis untuk masalah sehari-hari seperti pengasuhan.
Sekretaris DP3A Kukar, Hero Suprayitno, menyatakan bahwa lokasi yang tidak strategis ini membuat warga berpikir dua kali sebelum datang.
“Lokasinya jauh dari keramaian, di kompleks perkantoran. Masyarakat cenderung merasa tidak nyaman datang ke sini untuk berkonsultasi tentang masalah keluarga,” jelasnya.
Pemindahan lokasi Puspaga pun menjadi salah satu solusi yang dipersiapkan oleh DP3A Kukar. Namun, ini bukan sekadar pemindahan fisik. Rencana pindah ke kantor UPTD Satgas P2TP2A di Jalan Danau Aji tidak hanya bertujuan untuk membuat Puspaga lebih mudah diakses, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif, di mana masalah keluarga bisa ditangani dengan lebih komprehensif.
Dengan integrasi layanan di satu tempat, masyarakat yang datang ke Puspaga tidak hanya mendapatkan konsultasi dasar, tetapi juga layanan-layanan tambahan dari P2TP2A jika diperlukan.
“Kami ingin memastikan masyarakat tidak merasa bahwa mereka hanya sekadar mengadu masalah, tetapi mendapatkan solusi yang lebih terstruktur dan terintegrasi,” tambah Hero.
Namun, pemindahan ini hanyalah satu bagian dari tantangan yang lebih besar: bagaimana membuat masyarakat merasa nyaman dan percaya pada layanan ini. Banyak keluarga masih menganggap masalah rumah tangga sebagai urusan pribadi yang tidak boleh dibuka ke publik, apalagi untuk berkonsultasi dengan instansi pemerintah. Hero menyadari bahwa untuk mengatasi ini, DP3A Kukar harus mengubah pendekatan mereka dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat, bahwa berkonsultasi bukanlah tanda kelemahan, melainkan langkah proaktif untuk menjaga keharmonisan keluarga.
Ke depan, DP3A Kukar tidak hanya fokus pada peningkatan aksesibilitas layanan, tetapi juga ingin membangun kesadaran di masyarakat bahwa Puspaga adalah ruang aman untuk berdiskusi dan menemukan solusi. Salah satu upaya yang sudah dilakukan adalah dengan menyediakan tenaga psikolog internal yang siap memberikan konseling.
“Kami sudah punya psikolog internal yang siap melayani. Namun, penggunaan psikolog eksternal masih belum diperlukan karena jumlah kasus yang masuk saat ini masih terbatas,” jelas Hero.
Transformasi Puspaga ini juga menandakan pergeseran paradigma dalam pelayanan publik di Kukar. Tidak lagi hanya soal memberikan solusi teknis, tetapi bagaimana menciptakan lingkungan yang mendukung masyarakat untuk terbuka dan mencari bantuan tanpa rasa takut atau malu.
Jika berhasil, Puspaga tidak hanya akan menjadi pusat konsultasi, tetapi juga simbol perubahan cara pandang masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesejahteraan keluarga melalui bantuan profesional. Inilah tantangan baru yang harus dihadapi, bukan hanya soal tempat atau fasilitas, tetapi bagaimana membangun kepercayaan dan kenyamanan bagi masyarakat dalam menggunakan layanan ini.
Penulis : Reihan Noor