Distriknews.co, Tenggarong – Di sebuah kawasan yang terletak di Desa Kutai Lama, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, terdapat sebuah tempat yang menjadi saksi bisu dari perjalanan Islam di wilayah Kalimantan Timur.
Tempat tersebut adalah makam yang menjadi peninggalan Habib Hasyim bin Yahya, yang lebih terkenal dengan sebutan Habib Tunggang Parangan. Beliau merupakan salah satu tokoh utama dalam menyebarkan agama Islam di Kerajaan Kutai pada abad ke-16.
Makam Habib Tunggang Parangan saat ini tengah menjalani proses pemugaran oleh pemerintah bekerja sama dengan sektor swasta. Proyek pemugaran ini menghabiskan dana sekitar Rp 1 miliar. Hasilnya, kompleks makam telah disempurnakan dengan tambahan fasilitas seperti tempat parkir dan masjid. Upaya ini bertujuan untuk mengangkat Desa Kutai Lama sebagai destinasi wisata yang memadukan unsur budaya, religi, dan sejarah.
Camat Anggana, Rendra Abadi menyampaikan, bahwa Desa Kutai Lama memiliki potensi wisata yang besar karena mengandung nilai-nilai historis dan keagamaan yang beragam. Beliau juga menekankan bahwa Desa Kutai Lama menawarkan tiga jenis wisata sekaligus: wisata religi, sejarah, dan budaya.
Rendra berharap bahwa dengan pemugaran makam Habib Tunggang Parangan, masyarakat akan lebih mengenal dan menghargai peran beliau dalam menyebarkan Islam di Kutai. Selain itu, ia berharap kunjungan wisatawan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal.
Makam Habib Tunggang Parangan selalu ramai oleh para peziarah dari berbagai daerah. Setiap bulannya, ribuan orang datang untuk berziarah dan berdoa di tempat tersebut, terutama pada hari-hari besar Islam atau saat peringatan haul beliau.
Habib Tunggang Parangan, yang berasal dari Hadramaut, Yaman, memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Kutai. Beliau berhasil memengaruhi Raja Aji Mahkota untuk memeluk Islam dan mengubah nama kerajaannya menjadi Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Setelah wafatnya Raja Aji Mahkota, Habib Tunggang Parangan melanjutkan dakwahnya bersama Sultan Aji Dilanggar atau Aji Gendung gelar Meruhum Aji Mandaraya. Bersama-sama, mereka berhasil mengislamkan masyarakat Kutai dan menaklukkan kerajaan Hindu Martapura.
Selain sebagai seorang ulama, Habib Tunggang Parangan juga dikenal sebagai sosok yang dermawan dan penuh kasih. Beliau sering memberikan bantuan kepada masyarakat miskin dan menjalin hubungan baik dengan semua lapisan masyarakat.
Habib Tunggang Parangan meninggal pada tahun 1605 dan dimakamkan di Desa Kutai Lama. Makamnya tetap menjadi tempat ziarah bagi umat Islam hingga sekarang.
Meskipun versi sejarah mencatat Habib Tunggang Parangan sebagai penyebar Islam pertama di Kutai, ada juga versi lain yang menyebutkan kehadiran saudagar Arab sebelumnya.
Salah satu dari saudagar Arab tersebut adalah Sayyid Muhammad bin Abdullah bin Abu Bakar al-Marzak, seorang ulama dari Minangkabau. Beliau datang ke Kutai pada masa pemerintahan Raja Mahkota sebelum kedatangan Habib Tunggang Parangan.
Sayyid Muhammad juga berusaha menyebarkan agama Islam di Kutai, meskipun tidak berhasil membujuk Raja Mahkota untuk memeluk Islam. Ia kemudian menikahi putri Raja Mahkota dan memiliki keturunan yang menjadi raja-raja Kutai selanjutnya.
Versi sejarah ini didasarkan pada silsilah raja-raja Kutai yang menyebutkan bahwa mereka adalah keturunan Sayyid Muhammad. Meskipun begitu, versi ini masih dipertanyakan oleh para sejarawan dan belum ada bukti yang kuat untuk mendukungnya.
Penulis : Reihan Noor