Jakarta – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan komitmennya untuk mendukung Indonesia dalam mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs). Fokus utamanya dengan mengakhiri epidemi Penyakit Tropis Terabaikan (NTD) dan penyakit menular lainnya pada tahun 2030.
Deputi Perwakilan WHO untuk Indonesia, Momoe Takeuchi, menegaskan pentingnya melawan penyakit tropis terabaikan. Sebab lanjut dia, ada sekitar 11 dari 21 Penyakit Tropis Terabaikan dapat ditemukan di Indonesia.
Meskipun ada upaya pencegahan maupun pengendalian dan ketersediaan pengobatan yang efektif, namun angka ini menunjukkan bahwa Indonesia masih menghadapi beban penyakit menular tropis yang tinggi.
Maka dari itu, Momoe menekankan agar langkah-langkah konkret harus diambil untuk mengatasi tantangan besar ini.
“Saat kita bersatu dan bertindak, kita bisa mengeliminasi NTD di dunia. Ini tidak hanya tentang kesehatan, akan tetapi juga hak asasi setiap individu untuk hidup bebas dari penyakit yang dapat dicegah,” ujarnya, dalam peringatan NTD’s Sedunia tahun 2024,
Selain membangkitkan kesadaran untuk melawan Penyakit Tropis Terabaikan, WHO juga mengajak semua pihak untuk dapat berinvestasi guna membebaskan sekitar 1,6 miliar orang di komunitas paling rentan di dunia.
“Fokus investasi ini bertujuan untuk memutus lingkaran setan penyakit dan kemiskinan yang berkepanjangan,” bebernya.
Menurutnya, penanganan NTD bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan lembaga kesehatan, melainkan memerlukan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat.
Dalam konteks ini, upaya bersama diharapkan dapat membawa dampak positif untuk dapat mencapai cakupan kesehatan global serta memastikan hak setiap individu untuk hidup sehat dapat terpenuhi.
Pada kesempatan itu, ia juga membenarkan bahwa saat ini Indonesia memang telah berjuang melawan penyakit menular seperti demam berdarah dan tuberkulosis.
Akan tetapi tegas dia, memberantas NTD seperti filariasis, kecacingan, schistosomiasis (demam keong), kusta, dan frambusia juga harus dilakukan.
“Penyakit lain seperti skabies, rabies, dan gigitan ular berbisa, juga mempengaruhi kesehatan masyarakat dan memerlukan perhatian otoritas berwenang,” tutupnya.